فائدة لشيخ الإسلام ابن تيمية رحمه الله متعلقة بهجر المبتدعة
Faedah dari Syaikhul Islam Ibn Taimiyah rahimahullah terkait hajr mubtadi' :
قال رحمه الله في مجموع الفتاوى ( ٢٨/ ٢٠٥ )
Syaikhul Islam Ibn Taimiyah rahimahullah berkata dalam kitabnya Majmu' al-Fatawa (jilid 28, halaman 205) :
الْهَجْرُ - يعني به هجر التعزير والتأديب بترك السلام والكلام ونحوه- هُوَ بِمَنْزِلَةِ التَّعْزِيرِ. وَالتَّعْزِيرُ يَكُونُ لِمَنْ ظَهَرَ مِنْهُ تَرْكُ الْوَاجِبَاتِ وَفِعْلُ الْمُحَرَّمَاتِ كَتَارِكِ الصَّلَاةِ وَالزَّكَاةِ وَالتَّظَاهُرِ بِالْمَظَالِمِ وَالْفَوَاحِشِ وَالدَّاعِي إلَى الْبِدَعِ الْمُخَالِفَةِ لِلْكِتَابِ وَالسُّنَّةِ، وَإِجْمَاعِ سَلَفِ الْأُمَّةِ الَّتِي ظَهَرَ أَنَّهَا بِدَعٌ.
HAJR ini -yang dimaksud di sini adalah hukuman dengan meninggalkan ucapan salam dan perkataan dan sejenisnya- sama dengan ta'zir. Dan ta'zir diberlakukan kepada orang yang terlihat meninggalkan kewajiban-kewajiban serta melakukan larangan-larangan, seperti meninggalkan shalat, zakat, dan terlihat melakukan kedzaliman, kemungkaran, dan mengajak kepada bid'ah yang bertentangan dengan Kitab dan Sunnah, dan sesuai dengan kesepakatan ulama salaf yang telah terbukti sebagai bid'ah.
وَهَذَا حَقِيقَةُ قَوْلِ مَنْ قَالَ مِنْ السَّلَفِ وَالْأَئِمَّةِ: إنَّ الدُّعَاةَ إلَى الْبِدَعِ لَا تُقْبَلُ شَهَادَتُهُمْ، وَلَا يُصَلَّى خَلْفَهُمْ، وَلَا يُؤْخَذُ عَنْهُمْ الْعِلْمُ، وَلَا يُنَاكَحُونَ.
Dan ini adalah hakikat dari ucapan mereka yang berkata dari kalangan salaf dan imam-imam: Bahwa pengajak kepada bid'ah, kesaksian mereka tidak diterima, tidak sholat di belakangnya, ilmu dari mereka tidak diambil, dan tidak boleh dinikahi.
فَهَذِهِ عُقُوبَةٌ لَهُمْ حَتَّى يَنْتَهُوا؛ *((وَلِهَذَا يُفَرِّقُونَ بَيْنَ الدَّاعِيَةِ وَغَيْرِ الدَّاعِيَةِ؛ لِأَنَّ الدَّاعِيَةَ أَظْهَرَ الْمُنْكَرَاتِ؛ فَاسْتَحَقَّ الْعُقُوبَةَ بِخِلَافِ الْكَاتِم))ِ* فَإِنَّهُ لَيْسَ شَرًّا مِنْ الْمُنَافِقِينَ الَّذِينَ كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقْبَلُ عَلَانِيَتَهُمْ وَيَكِلُ سَرَائِرَهُمْ إلَى اللَّهِ مَعَ عِلْمِهِ بِحَالِ كَثِيرٍ مِنْهُمْ.
Maka ini adalah hukuman bagi mereka sampai mereka berhenti. Dan karena itu mereka membedakan antara yang mengajak kesesatan dan yang tidak mengajak, karena yang mengajak kesesatan telah memperlihatkan kemungkaran, maka layak untuk dihukum berbeda dengan yang menutupi. Tidaklah termasuk ke dalam golongan orang munafik yang Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam menerima keadaan mereka yang terang-terangan, dan menyimpan rahasia mereka kepada Allah dengan mengetahui keadaan banyak dari mereka.
وَذَلِكَ لِأَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: {إنَّ النَّاسَ إذَا رَأَوْا الْمُنْكَرَ فَلَمْ يُغَيِّرُوهُ أَوْشَكَ أَنْ يَعُمَّهُمْ اللَّهُ بِعِقَابِ مِنْهُ}. فَالْمُنْكَرَاتُ الظَّاهِرَةُ يَجِبُ إنْكَارُهَا؛ بِخِلَافِ الْبَاطِنَةِ فَإِنَّ عُقُوبَتَهَا عَلَى صَاحِبِهَا خَاصَّةً.
Ini karena Nabi Muhammad SAW bersabda: "Sesungguhnya jika manusia melihat kemungkaran dan tidak mengubahnya, maka mereka hampir-hampir akan ditimpa azab dari Allah". Oleh karena itu, kemungkaran yang tampak harus dicegah, berbeda dengan hal-hal yang tersembunyi karena hukumannya khusus bagi pelakunya.
*((وَهَذَا الْهَجْرُ يَخْتَلِفُ بِاخْتِلَافِ الْهَاجِرِينَ فِي قُوَّتِهِمْ وَضَعْفِهِمْ وَقِلَّتِهِمْ وَكَثْرَتِهِمْ فَإِنَّ الْمَقْصُودَ بِهِ زَجْرُ الْمَهْجُورِ وَتَأْدِيبُهُ وَرُجُوعُ الْعَامَّةِ عَنْ مِثْلِ حَالِهِ. فَإِنْ كَانَتْ الْمَصْلَحَةُ فِي ذَلِكَ رَاجِحَةً بِحَيْثُ يُفْضِي هَجْرُهُ إلَى ضَعْفِ الشَّرِّ وَخِفْيَتِهِ كَانَ مَشْرُوعًا. وَإِنْ كَانَ لَا الْمَهْجُورُ وَلَا غَيْرُهُ يَرْتَدِعُ بِذَلِكَ بَلْ يُزِيدُ الشَّرَّ وَالْهَاجِرُ ضَعِيفٌ بِحَيْثُ يَكُونُ مَفْسَدَةُ ذَلِكَ رَاجِحَةً عَلَى مَصْلَحَتِهِ لَمْ يُشْرَعْ الْهَجْر))ُ*
Hajr ini berbeda-beda tergantung pada kekuatan, kelemahan, kekurangan, dan jumlah orang yang melakukannya. Tujuannya adalah untuk menegur orang yang di-hajr, menghukum mereka, dan menyebabkan orang-orang umum menghindari melakukan tindakan yang sama. Jika manfaat dari tindakan hajr itu lebih besar dalam hal mengurangi kejahatan dan menyembunyikannya, maka itu dianjurkan. Namun, jika tidak ada yang bisa dihentikan oleh tindakan itu dan bahkan tindakan tersebut meningkatkan keburukan, sedangkan orang yang melakukan hajr itu sendiri lemah, tidak membawa manfaat bahkan lebih nampak dengan jelas mafsadahnya, maka hajr pada kondisi seperti ini tidak diperbolehkan.
بل يكونُ التَّأْلِيفُ لِبَعْضِ النَّاسِ أَنْفَعَ مِنْ الْهَجْرِ. وَالْهَجْرُ لِبَعْضِ النَّاسِ أَنْفَعُ مِنْ التَّأْلِيفِ؛ وَلِهَذَا كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَتَأَلَّفُ قَوْمًا وَيَهْجُرُ آخَرِينَ.انتهى
Sebaliknya, ta'lif (kelembutan) bisa lebih bermanfaat bagi beberapa orang daripada hajr. Dan hajr bisa lebih bermanfaat bagi beberapa orang daripada kelembutan. Oleh karena itu, Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam biasa berlembut pada beberapa orang (yang seharusnya perlu diterapkan hajr pada mereka) dan menerapkan hajr pada yang lain. Demikianlah.
وقال أيضا رحمه الله كما منهاج السنة النبوية (١/ ٦٥)
Dan dia juga berkata, semoga Allah merahmatinya, sebagaimana dalam Minhaj As-Sunnah An-Nabawiyyah (1/65).
الْغَالِبُ عَلَى أَهْلِ الْحَدِيثِ لَا يَرَوْنَ الرِّوَايَةَ عَنِ الدَّاعِيَةِ إِلَى الْبِدَعِ، وَلَا شَهَادَتَهُ، وَلِهَذَا لَمْ يَكُنْ فِي كُتُبِهِمُ الْأُمَّهَاتِ كَالصِّحَاحِ، وَالسُّنَنِ، وَالْمَسَانِيدِ الرِّوَايَةُ عَنِ الْمَشْهُورِينَ بِالدُّعَاءِ إِلَى الْبِدَعِ، وَإِنْ كَانَ فِيهَا الرِّوَايَةُ عَمَّنْ فيه نوع مِنْ بِدْعَةٍ كَالْخَوَارِجِ، وَالشِّيعَةِ، وَالْمُرْجِئَةِ، وَالْقَدَرِيَّةُ، وَذَلِكَ. لِأَنَّهُمْ لَمْ يَدَعُوَا الرِّوَايَةَ عَنْ هَؤُلَاءِ لِلْفِسْقِ كَمَا يَظُنُّهُ بَعْضُهُمْ، *((وَلَكِنَّ مَنْ أَظْهَرَ بِدْعَتَهُ. وَجَبَ الْإِنْكَارُ عَلَيْهِ بِخِلَافِ مَنْ أَخْفَاهَا، وَكَتَمَهَا، وَإِذَا وَجَبَ الْإِنْكَارُ عَلَيْهِ كَانَ مِنْ ذَلِكَ أَنْ يَهْجُرَ حَتَّى يَنْتَهِيَ عَنْ إِظْهَارِ بِدْعَتِهِ، وَمِنْ هَجْرِهِ أَنْ لَا يُؤْخَذَ عَنْهُ الْعِلْمُ، وَلَا يُسْتَشْهَد))*َ.
Mayoritas Ahlul Hadits tidak menerima riwayat dari dai yang mengajak kepada bid'ah dan tidak menerima kesaksiannya. Oleh karena itu, dalam kitab-kitab mereka seperti Shihah, Sunan, dan Masanid, tidak terdapat riwayat dari orang-orang terkenal yang mengajak kepada bid'ah, meskipun ada riwayat dari mereka yang mengandung unsur bid'ah seperti Khawarij, Syiah, Murjiah, dan Qadariyah. Hal ini karena mereka tidak mengajak riwayat dari orang-orang tersebut untuk tujuan kefasikan seperti yang mungkin dipikirkan oleh sebagian orang. Namun, bagi siapa saja yang menampakkan bid'ahnya, maka wajib untuk mengingkari hal tersebut, berbeda dengan orang yang menyembunyikannya. Ketika menolak bid'ah, maka orang tersebut harus dijauhi sampai ia berhenti menampakkannya, dan sebagian dari hal ini adalah agar ilmunya tidak diambil dari orang tersebut dan tidak digunakan sebagai sumber rujukan.
وَكَذَلِكَ تَنَازَعَ الْفُقَهَاءُ فِي الصَّلَاةِ خَلْفَ أَهْلِ الْأَهْوَاءِ، وَالْفُجُورِ مِنْهُمْ مَنْ أَطْلَقَ الْإِذْنَ، وَمِنْهُمْ مَنْ أَطْلَقَ الْمَنْعَ.
Para fuqaha (ahli fiqih) juga berselisih pendapat mengenai shalat di belakang ahli bid'ah dan orang-orang yang melakukan dosa besar, ada yang memperbolehkannya dan ada yang melarangnya.
*((وَالتَّحْقِيقَ أَنَّ الصَّلَاةَ خَلْفَهُمْ لَا يُنْهَى عَنْهَا لِبُطْلَانِ صَلَاتِهِمْ فِي نَفْسِهَا لَكِنْ لِأَنَّهُمْ إِذَا أَظْهَرُوا الْمُنْكَرَ اسْتَحَقُّوا أَنْ يُهْجَرُوا، وَأَنْ لَا يُقَدَّمُوا فِي الصَّلَاةِ عَلَى الْمُسْلِمِينَ، وَمِنْ هَذَا الْبَابِ تَرْكُ عِيَادَتِهِمْ، وَتَشْيِيعُ جَنَائِزِهِمْ كُلُّ هَذَا مِنْ بَابِ الْهَجْرِ الْمَشْرُوعِ فِي إِنْكَارِ الْمُنْكَرِ لِلنَّهْيِ عَنْهُ))*.
Dan sebenarnya, melakukan shalat di belakang mereka (ahli ahwa) tidak dilarang karena membatalkan shalat mereka sendiri, tetapi karena mereka jika menunjukkan kemungkaran layak untuk dijauhi dan agar mereka tidak diutamakan dalam shalat di atas kaum muslimin. Dan dari sini, meninggalkan kunjungan mereka dan mengiringi jenazah mereka semuanya termasuk dalam bentuk hajr yang diperbolehkan dalam menolak kemungkaran untuk mencegahnya.
*((وَإِذَا عُرِفَ أَنَّ هَذَا هُوَ مِنْ بَابِ الْعُقُوبَاتِ الشَّرْعِيَّةِ عُلِمَ أَنَّهُ يَخْتَلِفُ بِاخْتِلَافِ الْأَحْوَالِ مِنْ قِلَّةِ الْبِدْعَةِ، وَكَثْرَتِهَا، وَظُهُورِ السُّنَّةِ، وَخَفَائِهَا، وَأَنَّ الْمَشْرُوعَ قَدْ يَكُونُ هُوَ التَّأْلِيفُ تَارَةً، وَالْهِجْرَانُ أُخْرَى))*، كَمَا كَانَ النَّبِيُّ - صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ - يَتَأَلَّفُ أَقْوَامًا مِنَ الْمُشْرِكِينَ مِمَّنْ هُوَ حَدِيثُ عَهْدٍ بِالْإِسْلَامِ ، وَمَنْ يَخَافُ عَلَيْهِ الْفِتْنَةَ فَيُعْطِي الْمُؤَلَّفَةَ قُلُوبُهُمْ مَا لَا يُعْطِي غَيْرَهُمْ.
Jika diketahui bahwa ini termasuk dalam hukuman syariat, maka diketahui bahwa perbedaan pendapat tentang hal itu tergantung pada situasi yang berbeda. Ini tergantung pada seberapa sedikit atau banyaknya bid'ah, seberapa banyak atau sedikitnya munculnya Sunnah, dan apakah yang dianjurkan adalah membuat perdamaian atau menjauhi mereka. Seperti yang dilakukan Nabi -shallallahu 'alaihi wa sallam- dalam memperlakukan orang-orang musyrik yang baru saja masuk Islam dan orang yang dikhawatirkan terkena fitnah, di mana beliau memberikan tempat khusus untuk mereka yang hatinya mudah tergerak.
قَالَ فِي الْحَدِيثِ الصَّحِيحِ: «إِنِّي أُعْطِي رِجَالًا، وَأَدَعُ رِجَالًا، وَالَّذِي أَدَعُ أَحَبُّ إِلَيَّ مِنَ الَّذِي أُعْطِي. أُعْطِي رِجَالًا لِمَا جَعَلَ اللَّهُ. فِي قُلُوبِهِمْ مِنَ الْهَلَعِ، وَالْجَزَعِ، وَأَدَعُ رِجَالًا لِمَا جَعَلَ اللَّهُ فِي قُلُوبِهِمْ مِنَ الْغِنَى، وَالْخَيْرِ، مِنْهُمْ عَمْرُو بْنُ تَغْلِبَ».
Dalam hadis yang sahih, Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Saya memberi kepada orang-orang dan meninggalkan orang lain. Dan orang yang saya tinggalkan lebih aku cintai daripada yang saya berikan. Saya berikan kepada orang-orang karena Allah telah menempatkan ketakutan dan kegelisahan dalam hati mereka, dan saya meninggalkan orang-orang karena Allah telah menempatkan kekayaan dan kebaikan dalam hati mereka. Di antara mereka adalah 'Amr bin Taghlib."
وَقَالَ: «إِنِّي لَأُعْطِي الرَّجُلَ وَغَيْرُهُ أَحَبُّ إِلَيَّ مِنْهُ خَشْيَةَ أَنْ يَكُبَّهُ اللَّهُ عَلَى وَجْهِهِ فِي النَّارِ»، أَوْ كَمَا قَالَ . وَكَانَ يَهْجُرُ بَعْضَ الْمُؤْمِنِينَ، كَمَا هَجَرَ الثَّلَاثَةَ الَّذِينَ خُلِّفُوا فِي غَزْوَةِ تَبُوكَ؛ لِأَنَّ الْمَقْصُودَ دَعْوَةُ الْخَلْقِ إِلَى طَاعَةِ اللَّهِ بِأَقْوَمِ طَرِيقٍ، فَيَسْتَعْمِلُ الرَّغْبَةَ حَيْثُ تَكُونُ أَصْلَحَ، وَالرَّهْبَةَ حَيْثُ تَكُونُ أَصْلَحَ.
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam juga bersabda, "Saya lebih menyukai memberi kepada seseorang daripada yang lain karena takut dia akan diseret ke dalam api neraka oleh Allah. "Dan dia juga pernah meninggalkan beberapa orang yang beriman, seperti ketika tiga orang ditinggalkan dalam ekspedisi Tabuk, karena tujuan dakwah kepada makhluk untuk patuh kepada Allah dengan cara terbaik. Maka beliau menggunakan hasrat di mana ia bermanfaat dan rasa takut di mana itu lebih baik.
وَمَنْ عَرَفَ هَذَا تَبَيَّنَ لَهُ أَنَّ مَنْ رَدَّ الشَّهَادَةَ وَالرِّوَايَةَ مُطْلَقًا مِنْ أَهْلِ الْبِدَعِ الْمُتَأَوِّلِينَ، فَقَوْلُهُ ضَعِيفٌ، فَإِنَّ السَّلَفَ قَدْ دَخَلُوا بِالتَّأْوِيلِ فِي أَنْوَاعٍ عَظِيمَةٍ.
Dan bagi siapa yang mengetahui ini, ia akan menyadari bahwa orang yang menolak kesaksian dan riwayat secara mutlak dari golongan ahli bid'ah yang terjatuh pada bid'ahnya karena ta'wil, maka perkataannya itu lemah. Karena para salaf juga melakukan penafsiran dalam berbagai macam hal yang besar.
وَمَنْ جَعَلَ الْمُظْهِرَيْنِ لِلْبِدْعَةِ أَئِمَّةً فِي الْعِلْمِ، وَالشَّهَادَةِ لَا يُنْكِرُ عَلَيْهِمْ بِهَجْرٍ، وَلَا رَدْعٍ، فَقَوْلُهُ ضَعِيفٌ أَيْضًا، وَكَذَلِكَ مَنْ صَلَّى خَلْفَ الْمُظْهِرِ لِلْبِدَعِ، وَالْفُجُورِ مِنْ غَيْرِ إِنْكَارٍ عَلَيْهِ، وَلَا اسْتِبْدَالٍ بِهِ مَنْ هُوَ خَيْرٌ مِنْهُ مَعَ الْقُدْرَةِ عَلَى ذَلِكَ، فَقَوْلُهُ ضَعِيفٌ، وَهَذَا يَسْتَلْزِمُ إِقْرَارَ الْمُنْكَرِ الَّذِي يُبْغِضُهُ اللَّهُ، وَرَسُولُهُ مَعَ الْقُدْرَةِ عَلَى إِنْكَارِهِ، وَهَذَا لَا يَجُوزُ، وَمَنْ أَوْجَبَ الْإِعَادَةَ عَلَى كُلِّ مَنْ صَلَّى خَلْفَ كُلِّ ذِي، فُجُورٍ، وَبِدْعَةٍ، فَقَوْلُهُ ضَعِيفٌ، فَإِنَّ السَّلَفَ، وَالْأَئِمَّةَ مِنَ الصَّحَابَةِ، وَالتَّابِعِينَ صَلَّوْا خَلْفَ هَؤُلَاءِ، وَهَؤُلَاءِ لَمَّا كَانُوا وُلَاةً عَلَيْهِمْ، وَلِهَذَا كَانَ مِنْ أُصُولِ أَهْلِ السُّنَّةِ أَنَّ الصَّلَوَاتِ الَّتِي يُقِيمُهَا وُلَاةُ الْأُمُورِ تُصَلَّى خَلْفَهُمْ عَلَى أَيِّ حَالٍ كَانُوا، كَمَا يُحَجُّ مَعَهُمْ، وَيُغْزَى مَعَهُمْ.اﻫ
Dan siapa pun yang menjadikan orang-orang yang terang-terangan pada bid'ah sebagai imam dalam ilmu dan kesaksian, dan tidak menolak mereka dengan cela atau penghalang, maka perkataannya juga lemah. Begitu juga dengan siapa pun yang mengerjakan shalat di belakang pengikut bid'ah dan kefasikan tanpa menentangnya atau menggantinya dengan seseorang yang lebih baik darinya yang memiliki kemampuan untuk melakukannya, maka perkataannya juga lemah dan hal ini menunjukkan penerimaan perbuatan tercela yang Allah dan Rasul-Nya benci, meskipun memiliki kemampuan untuk menolaknya, dan hal ini tidak dibenarkan. Dan siapa pun yang mewajibkan pengulangan pada setiap orang yang mengerjakan shalat di belakang setiap orang yang fasik dan inovator, maka perkataannya juga lemah, karena sesungguhnya para Salaf dan Imam-imam dari para Sahabat dan Tabi'in mengerjakan shalat di belakang orang-orang ini, bahkan ketika mereka menjadi pemimpin mereka. Oleh karena itu, hal ini adalah salah satu prinsip dari orang-orang Ahlussunnah bahwa shalat yang diimami oleh para pemimpin, maka tetap harus sholat di belakang mereka terlepas dari kondisi mereka, sebagaimana seseorang melakukan haji bersama mereka dan berpartisipasi dalam pertempuran bersama mereka.
وقد نقل شيخنا الإمام الوادعي رحمه الله هذا الكلام في مقدمة كتابه ”الإلحاد الخميني على أرض الحرمين“ وأقرَّه. انتهى
Kata-kata ini disampaikan oleh Syaikh kami, Imam Al-Wada'i, semoga Allah merahmatinya, dalam pengantar bukunya "Al-Ihlad Al-Khomeini 'ala Ardil Haramain" dan ia menyetujuinya. Selesai.