} h3.post-title { text-align: center; } .post-title {text-align:center;} -->

MENYIKAPI PERMASALAHAN KHOFIYYAH

Terjemah bebas dari: 

📩 السُــــــــــــؤالُ :- 

يقول السائل: سمعنا بعض الناس يقولون: إن التبديع ليس من المسائل الاجتهادية، بل هي من المسائل القطعية، ولا يسوغ فيها الاجتهاد، ويبني على ذلك أن من لم يبدع المبتدع فهو مبتدع؟ 

Deskripsi :
Kami telah mendengar beberapa orang mengatakan bahwa TABDI' (memvonis seseorang sebagai ahlul bid'ah atau mubtadi')  bukanlah masalah Ijtihadiyah, tetapi masalah Qath'iyyah, dan tidak diperbolehkan untuk berijtihad dalam hal ini. 

Pertanyaan :
Dari situ, apakah benar bahwa siapa yang tidak mentabdi' mubtadi' maka dia adalah mubtadi'?


Dijawab oleh :


📝 الإجـــــــــــابة :-

الواجب في هذه المسألة هو التفصيل، فإذا كانت هذه البدع في مخالفة أصول السنة القطعية، أو الظاهرة الجلية فلا عذر للمخالف فيها، ومن وقع فيها فقد وقع في البدعة، ولا مجال للاجتهاد في هذه المسائل، وذلك لأن أدلتها من الكتاب والسنة معلومة مشهورة، ويعلمها جميع العلماء، بل بعضها يعلمها جميع المسلمين. 

Dalam masalah ini, yang harus dilakukan adalah menjelaskan secara rinci. Jika bid'ah ini melanggar prinsip-prinsip (ushul) yang jelas (qath'iyyah) dalam Sunnah, maka tidak ada alasan (udzur) bagi orang yang menyelisihinya. Siapa saja yang terlibat di dalamnya maka ia telah terjerumus dalam bid'ah, dan tidak ada ruang untuk ijtihad dalam masalah ini. Hal ini disebabkan karena dalil-dalilnya dari Kitab dan Sunnah sudah jelas dan diketahui oleh semua ulama bahkan sebagian besar umat Islam.

فمن خالف أصول السنة القطعية، أو الجلية الظاهرة، فهو مبتدع، ولا يتوقف في تبديعه، ولا يقال: يسوغ فيها الاجتهاد، وفي مثل ذلك بدع الإمام أحمد من توقف في نفي الخلق عن القرآن. 

Oleh karena itu, siapa pun yang melanggar prinsip-prinsip sunnah yang sudah tegas dan jelas (qath'iyyah), maka ia dianggap sebagai pembuat bid'ah dan tidak boleh untuk bersikap tawaqquf (menahan diri) dalam mentabdi'nya. Tidak dapat dikatakan bahwa ijtihad diperbolehkan dalam hal ini. Contohnya adalah pelabelan bid'ah yang dilakukan oleh Imam Ahmad pada perbuatan orang yang bersikap diam dalam menolak konsep Al-Quran adalah makhluk.

وأما إن كانت هذه البدع في المسائل الخفية، وهي التي قد تخفى أدلتها، على كثير من المسلمين، بل قد تخفى على بعض أهل العلم فالمخالف فيها لا يبدع إلا بعد أن يتبين له الحق فيها، ويعرض عن الأدلة ويتبع هواه أو عند أن يقيم عليها الولاء والبراء.

Jika bid'ah tersebut terkait dengan masalah-masalah yang khofiyyah, yaitu masalah-masalah yang mungkin dalil-dalilnya tidak jelas bagi banyak orang muslim, bahkan mungkin tidak diketahui oleh beberapa ahli ilmu, maka dalam masalah-masalah yang khofiyyah ini, orang yang menyelisihi tidak dibid'ahkan, kecuali setelah kebenaran menjadi jelas untuknya kemudian dia menolak dalil-dalil yang telah dijelaskan dan orang tersebut mengikuti hawa nafsunya atau pada permasalahan yang harus tegak padanya al-wala wal-bara'. 

وهذه المسائل هي التي يحصل فيها الخلاف بين علماء السنة، ويحصل الخلاف في تبديع صاحبها، ويسوغ فيها الاجتهاد. 

Dan masalah-masalah ini (khofiyyah) adalah yang menyebabkan perbedaan pendapat di antara ulama Ahlus Sunnah, sehingga terjadi pula perselisihan dalam mentabdi' pelakunya. Dan dalam hal ini, ijtihad diperbolehkan.

وذلك لأنه يختلف النظر بين العلماء، فمنهم من يرى أن هذا الخطأ ليس من المسائل الخفية، ومنهم من يراه من المسائل الخفية. 

Hal ini disebabkan karena terdapat perbedaan pandangan antara ulama, beberapa ulama berpendapat bahwa kesalahan tersebut bukanlah termasuk dalam masalah-masalah yang khofiyyah, sedangkan ada pula yang menganggapnya sebagai masalah yang khofiyyah.

وهكذا منهم من يرى هذا الخطأ مما يسوغ فيها الاجتهاد، ومنهم من لا يرى ذلك. 

Ada juga yang berpendapat bahwa kesalahan tersebut memungkinkan dilakukannya ijtihad, sedangkan ada yang tidak setuju dengan pandangan tersebut.

وهكذا منهم من يرى أن هذا العالم قد صار متبعًا لهواه عياذا بالله، ومنهم من يرى أنه لم يتبع الهوى فيها، وإنما له عذر شرعي، وقد ذكر شيخ الإسلام ابن تيمية مجموعة من الأعذار للعلماء المجتهدين في كتابه (رفع الملام عن الأئمة الأعلام). 

Ada juga yang berpendapat bahwa seorang ulama tertentu telah terjerumus ke dalam kemauan hawa nafsunya, dan ada yang berpendapat bahwa ia tidak terjerumus ke dalam kemauan hawa nafsunya, melainkan memiliki alasan syar'i yang mendasar. Seorang ulama terkemuka, Ibnu Taimiyah, telah menyebutkan serangkaian alasan syar'i untuk ulama-ulama mujtahid dalam bukunya yang berjudul "Raf'u al-Malam 'an al-A'immah al-A'lam".

وهذه المسائل الخفية لا يجوز لطلبة العلم المبتدئين المتحمسين أن يخوضوا فيها، بل يجب عليهم أن يعيدوا هذه المسائل لأهل العلم. 

Materi-materi yang tergolong sebagai masalah-masalah khofiyyah ini tidak dibenarkan bagi para pelajar pemula yang bersemangat untuk terlibat, melainkan seharusnya mereka mengembalikan masalah-masalah tersebut kepada para ulama.

فقد خاض قوم في هذه المسائل فأفسدوا فسادًا عظيما في أوساط الدعوة السلفية؛ لجهلهم بهذه المسائل، فبدعوا بما لا يقتضي التبديع، ثم بدعوا من لا يوافقهم على تبديعهم، والمصيبة: (أنهم يجهلون أنهم جاهلون). 

Telah terjadi bahwa sekelompok orang terlibat dalam masalah-masalah ini dan merusak secara besar-besaran dalam lingkungan dakwah Salafiyyah karena kebodohan mereka dalam masalah-masalah tersebut. Mereka melakukan tabdi' kepada yang tidak seharusnya ditabdi', dan kemudian mereka mentabdi' orang-orang yang tidak setuju dengan tabdi' mereka. Dan malapetaka yang lebih besar adalah bahwa mereka tidak menyadari (jahil) ketidaktahuan (kejahilan) mereka sendiri.

وقد قال الله تعالى: ﴿وَإِذَا جَاءَهُمْ أَمْرٌ مِنَ الأَمْنِ أَوِ الْخَوْفِ أَذَاعُوا بِهِ وَلَوْ رَدُّوهُ إِلَى الرَّسُولِ وَإِلَى أُوْلِي الأَمْرِ مِنْهُمْ لَعَلِمَهُ الَّذِينَ يَسْتَنْبِطُونَهُ مِنْهُمْ وَلَوْلا فَضْلُ اللهِ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَتُهُ لاتَّبَعْتُمُ الشَّيْطَانَ إِلَّا قَلِيلًا﴾ [النساء:٨٣] وقال تعالى: ﴿وَمَا أَرْسَلْنَا مِنْ قَبْلِكَ إِلَّا رِجَالًا نُوحِي إِلَيْهِمْ فَاسْأَلُوا أَهْلَ الذِّكْرِ إِنْ كُنْتُمْ لا تَعْلَمُونَ﴾ [النحل:٤٣]. 

Allah berfirman: "Dan apabila datang kepada mereka suatu berita tentang keamanan atau kengerian, mereka segera menyiarkannya. Sekiranya mereka menyerahkannya kepada Rasul dan kepada orang-orang yang memegang otoritas di antara mereka, tentulah orang-orang yang dapat mengetahuinya dari mereka (yang ahli) akan segera mengambil tindakan. Seandainya tidaklah karena karunia Allah dan rahmat-Nya kepadamu, niscaya kamu mengikuti syaitan, kecuali sedikit saja." (QS. An-Nisa: 83)

Dan Allah berfirman: "Dan tidaklah Kami mengutus sebelum kamu, melainkan lelaki-lelaki yang Kami beri wahyu kepada mereka. Maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan jika kamu tidak mengetahui." (QS. An-Nahl: 43)

فيجب على طلاب العلم أن يحذروا من هؤلاء الأصناف، وأن يقبلوا على طلب العلم، وأن يعيدوا ما أشكل عليهم إلى أهل العلم، وأوصيهم أن يقدروا العلماء ويجلوهم، وأن يرفعوا منزلتهم كما رفعها الله، بدون تقليد وتعصب، 

Para penuntut ilmu harus waspada terhadap golongan-golongan seperti itu, dan harus terus menuntut ilmu, dan harus kembali kepada para ulama untuk memperjelas apa yang membingungkan mereka. Saya menyarankan mereka untuk menghargai para ulama dan menghormati mereka sebagaimana Allah telah meninggikan kedudukan mereka, dengan tanpa harus taqlid atau fanatik buta.

كما قال الإمام الطحاوي رحمه الله في متن الطحاوية: وَعُلَمَاءُ السَّلَفِ مِنَ السَّابِقِينَ وَمَنْ بَعْدَهُمْ مِنَ التَّابِعِينَ أَهْل الْخَيْرِ وَالْأَثَرِ وَأَهْل الْفِقْهِ وَالنَّظَرِ لَا يُذْكَرُونَ إِلَّا بِالْجَمِيلِ وَمَنْ ذَكَرَهُمْ بِسُوءٍ فهو على غير السبيل. والحمد لله رب العالمين.

Seperti yang dikatakan oleh Imam At-Tahawi semoga Allah merahmatinya dalam kitabnya Matan At-Tahawiyyah: Para ulama salaf dari kalangan pendahulu dan para tabi'in yang datang setelah mereka adalah ahli kebaikan, peninggalan yang baik, ahli fikih dan pandangan, mereka hanya disebut dengan yang baik-baik, dan siapa saja yang menyebut mereka dengan kejelekan, maka dia telah menyimpang dari jalan yang benar. 

Walhamdulillahi rabbil 'alamin.



TRENDING